Selasa, 18 Oktober 2011

keharusan memberi, bukan menerima

keharusan memberi, bukan menerima


ALKISAH, disebuah pulau, hiduplah beberapa orang makhluk abstrak. mereka adalah cinta, kesedihan, kegembiraan, kecantikan, dan sebagainya. mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Namun, pada suatu hari terjadilah badai besar yang menyebabkan air meluap amat tinggi dan hampir menenggelamkan seluruh pulau itu. semua makhluk menyelamatkan diri.
Cinta yang tidak bisa berenang hanya bersandar pada sebatang pohon kelapa sambil menunggu seseorang yang mungkin bisa menyelamatkannya. Air sudah mencapai lututnya. kemudian, lewatlah kekayaan dengan perahunya. cinta berteriak minta tolong, “kekayaan! kekayaan! tolonglah aku! bolehkan aku ikut denganmu?”
“maaf cinta! aku tidak bisa membawamu dalam perahuku! perahu ini sudah penuh dengan harta bendaku!” jawab kekayaan.
kekayaan pun terus mendayung meninggalkan pulau.

tidak berapa lama kemudian, lewatlah kegembiraan dengan perahunya. “kegembiraan! tolonglah aku!” teriak cinta. Namun, kegembiraan terus berlalu. rupanya ia tidak mendengar suara cinta saking bahagianya. kembali, cinta harus terdiam sendiri.

lalu lewatlah kecantikan
cinta berteriak lagi “kecantikan! kecantikan! tolong selamatkan aku!”
namun kecantikan menolaknya “tubuhmu kotor dan basah, nanti kau akan merusak keindahan perahuku!” begitu jawabnya sambil terus mendayung meninggalkan pulau.

sementara, air laut sudah setinggi perut cinta.
dari kejauhan, terlihat sebuah perahu lagi. itu adalah perahu kesedihan.
“kesedihan! kesedihan! kumohon kali ini, tolonglah aku, tidak ada lagi yang bisa menolongku selain engkau!”
kesedihan menjawab “maaf cinta, aku sedang sedih dan aku hanya ingin sendirian”

Air sudah mencapai leher cinta. sebentar lagi ia akan tenggelam. ia sudah putus asa dan menutup matanya, menunggu nyawanya dicabut oleh Yang Kuasa. Namun, dari kejauhan, datanglah sebuah perahu dengan pengendaranya yang sudah tua. orang tua itu menarik tangan cinta dan memasukannya ke perahu. Kemudian, dengan cepat orang tua itu mendayung perahu meninggalkan pulau. cinta terkejut bercampur bahagia.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan cinta kemudian berlalu pergi. cinta sadar bahwa ia tidak mengenal orang itu. ia segera menanyakannya kepada penduduk setempat.
“apakah engkau mengenal orang tua itu? tanyanya
“orang tua itu? oh, dia waktu”
“tapi, mengapa dia menyelamatkanku, padahal kami tidak saling mengenal? bahkan teman-teman dekatku pun tidak mau menolongku!” lanjut cinta heran.
“sebab”, kata orang itu, “hanya waktulah yang tahu berapa nilai cinta yang sesungguhnya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar