Selasa, 01 November 2011

CAPOTE

CAPOTE
"More tears are shed over answered prayers than unanswered ones."

Sutradara: Bennet Miller
Penulis skenario adaptasi: Dan Futterman
Dengan Philip Seymour Hoffman, Catherine Keener, Clifton Collins, Jr., Chris Cooper, Bruce Greenwood, Bob Balaban.


Capote adalah film yang ringkas tapi padat dan to the point dengan kontrol kedisiplinan penceritaan yang terjaga sepanjang film, membangun momentum cerita secara perlahan demi perlahan sampai terakumulasi di klimaksnya yang dapat membuat penontonnya ikut tersentak dan meresap dingin masuk ke dalam badan seperti halnya yang dialami Truman Capote di filmnya.

Yang juga cukup menyegarkan, Capote adalah film biopic yang memfokuskan cerita kepada apa yang paling berarti dalam hidup Truman Capote yang membuatnya menjadi seorang ‘Truman Capote’ daripada menceritakan jangka waktu tertentu kehidupan Capote secara menyeluruh dan menghindari konvensi baku kebanyakan film-film biopic Hollywood lainnya. Tidak ada kilas balik masa kecil yang emosional, atau adegan inspirasional bangkit dari keterpurukan yang sentimental.

Tapi justru kebalikannya, film ini adalah potret kejatuhan seseorang dalam menapaki puncak sukses dan kepopulerannya karena jiwanya habis terkonsumsi untuk menyelesaikan karya agungnya sesempurna mungkin. Selain itu, tidak ada pula pengobaran eksplisit mengenai orientasi seksual Truman Capote walaupun dia adalah seorang gay, sehingga tidak mengalihkan perhatian dari cerita utama filmnya.

Filmnya berkisah dari peristiwa pembunuhan sadis satu keluarga di kota Kansas yang menarik perhatian Capote untuk menjadi subyek bukunya sampai ke pelaksanaan hukuman mati terhadap dua orang pembunuhnya. Ruang lingkup film ini dibatasi hanya pada kompleksnya proses Capote melakukan riset dan menulis bukunya itu yang diberi judul In Cold Blood.

Dalam investigasinya ke Kansas, Capote dibantu teman baiknya Harper Lee, yang juga adalah penulis novel terkenal yang sudah difilmkan, To Kill a Mockingbird, untuk mendapatkan fakta dan informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan peristiwa menghebohkan itu. Capote mengeksploitasi siapa saja yang akan menguntungkannya dari teman korban, pejabat kepolisian sampai ke Perry Smith, salah satu pembunuhnya, dengan gaya bicaranya yang khas dan intonasi suara yang persuasif tapi manipulatif sehingga membuat orang-orang yang sudah terbius mantera kata-katanya sulit mengelak pertanyaannya.

Selama proses inilah tercipta hubungan yang akrab antara subyek dan objeknya, antara penulis dengan sumber inspirasinya, yaitu Capote dengan Perry Smith yang mngakibatkan saling ketergantungan antara keduanya. Capote membutuhkan Smith untuk mengorek keterangan sebanyak mungkin darinya, terutama saat kejadian pembunuhan itu terjadi. Sementara Smith mendapatkan harapan dari Capote untuk bisa menolongnya mengajukan banding atas putusan pengadilan. Tapi segalanya akan sampai pada momen dimana Capote harus mengkhianati Smith agar dia bisa segera menyelesaikan bukunya yang sudah membuatnya terobsesi karena tidak ada jalan mundur atas apa yang telah dilakukannya ini.

Meskipun termasuk berskala kecil untuk ukuran filmbiopic, dampak kekuatan emosional Capote tidak kalah dahsyatnya dengan yang berskala epik bahkan lebih beresonansi karena keintiman dan keheningan filmnya. In cold blood, indeed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar