Selasa, 01 November 2011

Ennui

Ennui

Film yang hanya mengandalkan dialog (film yang bertipe dialogue-driven) tidaklah banyak daya tarik keistimewaannya. Norma Desmond di film Sunset Boulevard tidak bisa menyatakannya lebih baik lagi, “So they opened their big mouths, and out came talk. Talk! Talk!”


Film adalah medium visual, alih-alih mengisi suatu film dengan dialog sebanyak dan se-cool mungkin, lebih menarik lagi mengomposisi dialog secara visual dengan menggunakan gambar sebagai bahasanya, dialog verbal cukup sebagai penyokong dan pemberi warna tambahan saja. Kecuali tentu saja bila dialognya cerdas, bergaya dan kaya akan makna, seperti di filmnya Billy Wilder misalnya.

Dialog di film independen berbiaya sangat rendah sekali karya Andrew Bujalski berjudul Funny Ha Ha, yang pada awal-awal filmnya akan menggoda kita untuk tidak meneruskan menontonnya karena seperti tidak ada maksud jelas apa maunya sebenarnya film ini, cukup banyak berisi dialog yang tidak penting, dan praktis isi filmnya hanyalah dialog semata. Tapi ada suatu daya tarik magnetis yang tidak mudah untuk dilepaskan seiring ceritanya bergulir dan dimensi karakter utamarnya bernama Marnie yang diperankan Kate Dollenmayer mulai terbentuk.

Dan ternyata Funny Ha Ha bukanlah tentang cuap-cuap yang keluar dari mulut karakter-karakternya semata, tapi lebih tentang mood yang tercipta saat karakter-karakternya saling berinteraksi atau terdiam dalam kesendirian. Kesuksesan terbesar film yang sederhana ini adalah dalam menangkap perasaan bosan dan suntuk tidak menentu (ennui) dalam suasana ketidakpastian dan keterombangambingan masa muda yang tergambarkan pada diri karakter Marnie.

Marnie adalah seorang cewek yang berusia mendekati 24 tahun yang berganti dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dan waktu senggangnya banyak dihabiskan berkumpul dari satu teman ke teman lainnya tapi tetap merasa terasingkan dari teman-temannya itu dan dunia di sekitarnya. Dia mencari seseorang yang bisa dianggap sebagai lebih dari hanya sekedar teman, tapi sayangnya malah bertepuk sebelah tangan.

Dialog di filmnya tetap berkesan natural walaupun tampaknya banyak diimprovisasi, fungsinya lebih berupa bahasa verbal sebagai bentuk komunikasi yang dikonstruksi untuk menyembunyikan perasaan sesungguhnya dari para karakternya, dan jeda kesunyian antarkata-kata yang terucapkan itu mengungkap lebih perasaan yang tersembunyi dari semua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar